cara membuat pola dasar badan
Polalengan kedut di bahu are a topic that is being searched for and liked by. Tutorial pola lengan untuk baju wanita · 1. Lingkar kerung lengan = 40cm (diukur dari pola badan) 2). Kedut bahu lengan pola lengan pola tangan baju kurung . See more ideas about lengan baju, pola lengan baju, .
Sedangkanpembuatan pola dengan metode So-En memiliki tingkatan ketidaknyamanan pada beberapa bagian seperti misalnya: Kedudukan lingkar badan. Kedudukan panjang sisi, panjang punggung, lingkar panggul dan panjang gaun. Kedudukan titik-titik pas kerung leher, garis bahu, panjang punggung dan lingkar pinggang.
LingkarBadan : ukur melingkari bagian badan atas melalui puncak payudara, ukur longgar sekitar empat jari; Lingkar Pinggang : ukur pas melingkari bagian tengah terkecil pinggang; Lingkar Pinggul : ukur longgar melingkari badan sebelah bawah melalui pinggul; Panjang Dada : ukur dari lekuk leher bagian bawah sampai batas pinggang depan
Caramembuat pola dasar badan atas wanita. Ada beberapa cara atau metode untuk membuat pola dasar atasan, rok ataupun celana. Pola dasar adalah pola yang masih asli dan belum diubah sesuai model. Beberapa cara/metode tersebut adalah metode Dressmaking, SO-EN, Cupoens Geurs, Meyneke, Charmant, Dackaerts dan metode Leew Van Rees.
10Alat Dan Bahan Untuk Membuat Batik Tulis - JNJ Batik. Sumber gambar :www.jnjbatik.com. tulis membatik desain sketsa pensil tangan motif lukisan eza mewarnai gampang corak jnj gamis kertas beranda dibutuhkan menulis. Pola Dasar Baju Wanita Untuk Pemula - BubiHobby. Sumber gambar :bubihobby.blogspot.com. pola pembuatan menjahit
Was Wollen Frauen Beim Flirten Hören. Sebelum menjahit, langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan mengukur beberapa bagian badan yang akan dijadikan pola dasar. Mengukur badan dan membuat pola adalah langkah yang sangat penting, karena kedua langkah ini merupakan dasar dari pembuatan pakaian. Sehingga setelah mengukur badan dan menggambarnya pada pola dasar, kita mungkin tidak perlu mengulanginya lagi setiap akan membuat pakaian. Dengan kata lain, pola yang telah kita buat dapat kita gunakan berkali-kali. Dalam mengukur badan, hal yang perlu diperhatikan adalah ketepatan ukuran-ukuran badan yang kita peroleh. Alat yang kita gunakan untuk mengukur badan adalah meteran jahit, sehingga ukuran dapat langsung dituliskan pada buku menjahit. Beberapa bagian badan yang perlu di ukur diantaranya 1. Lingkar Badan LB Diukur bagian badan yang paling besar melingkari buah dada melalui ketiak terus lurus ke bagian belakang. Mula-mula ukuran sebenarnya, kemudian ditambah 4 cm. 2. Panjang Dada PD Diukur dari lekuk leher sampai batas pinggang. 3. Lebar Dada LD Diukur dari lengan kiri sampai lengan kanan pada tinggi setengah jarak bahu yang terendah, sampai ketiak atau ± 5cm di bawah lekuk leher. 4. Panjang Sisi PS Ketiak diberi mistar. Diukur dari bawah ketiak turun 2cm sampai pinggang. 5. Lebar Bahu LBu Diukur dari batas leher sampai bahu yang terendah bagian luar. 6. Lingkar Leher LL Diukur sekeliling leher ukuran sebenarnya. 7. Tinggi Dada TD Diukur dari tinggi payudara sampai pinggang. 8. Lingkar Pinggang LP Diukur sekeliling bagian yang diikat dengan meteran badan ditambah 1cm. 9. Panjang Punggung PP Diukur dari tulang leher yang menonjol sampai batas pinggang yang telah di ikat dengan tali. 10. Lebar Punggung LPu Diukur dari lengan kiri sampai ke lengan kanan pada ½ tinggi jarak bahu yang terendah, sampai ketiak atau 8cm di bawah tengkuk leher. 11. Ukuran Pemeriksa UP Diukur dari batas tengah muka ½ pinggang serong ke arah payudara melalui bahu yang terendah terus ke tengah belakang ½ pinggang. 12. Jarak Payudara JPD Diukur dari puncak payudara sebelah kiri ke sebelah kanan. 13. Lingkar Kerung Lengan LKL Di ukur sekeliling ketiak dalam keadaan ukuran sebenarnya, kemudian ditambah 4cm. Metode pembuatan pola menggunakan metode yang digunakan oleh Herawaty Sarono dalam bukunya yang berjudul Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita dan Anak Jilid 1 1999’. Ada beberapa metode pembuatan pola lainnya yang mungkin banyak digunakan seperti Meyneke, Dankaerts, Charmant, Cuppens-Geurs, Dress Making, dan So’en. Kita dapat memakai metode pembuatan manapun sesuai dengan keinginan kita. Pengukuran untuk membuat pola menggunakan penggaris ¼ agar skala sesuai dengan ukuran aslinya. Ukuran-ukuran yang diperlukan antara lain Lingkar Badan = 94 cm 8. Lingkar Pinggang = 80 cm Panjang Dada = 36 cm 9. Panjang Punggung = 39 cm Lebar Dada = 34 cm 10. Lebar Punggung = 36 cm Panjang Sisi = 18,5 cm 11. Ukuran Pemeriksa = dpn 45cm; blkg 44cm Lebar Bahu = 13 cm 12. Lingkar Kerung Lengan = 37 cm Lingkar Leher = 36 cm 13. Jarak Payudara = 9,4 cm Tinggi Puncak = 19 cm *PS pola menggunakan ukuran pribadi, dapat disesuaikan dengan ukuran masing-masing. Gambar di bawah ini merupakan contoh skala-skala dalam menggambar pola dasar pakaian wanita skala di sesuaikan. Gambar 1. Pola Dasar Menjahit Pakaian Wanita Membuat pola badan belakang o A-B = ½ lingkar badan = 94 2 = 47 cm o A-E = E-D = D-B = 1/3 A-B = 47 cm 3 = 15,7 cm o B-F = turun 2 cm o B-C = 1/6 Lingkar Leher + ½ cm = 36 cm 6 + ½ = 6,5 cm o Hubungkan titik C-F = kerung leher belakang o F-G = panjang punggung = 39 cm o G-H = panjang sisi = 18,5 cm o H-T = ¼ lingkar badan – 1 cm = 94 cm 4 – 2 cm = 21,2 cm o F-Y = Y=H = 39 – 18,5 cm 2 = 10,2 cm o Y-W = ½ lebar punggung = 36 cm 2 = 18 cm o D-D’ = turun 3 cm o Hubungkan titik C dengan D dan ukurlah C-R adalah lebar bahu = 13 cm o Buat lingkar kerung lengan belakang dari titik R-W-T seperti pada gambar o Dari G ditarik garis siku-siku ke kiri dan ukur G-N = ¼ lingkar pinggang – 1 cm + coup = 80,5 cm 4 – 1 cm + 3 cm = 22 cm o Hubungkan titik T dengan N Membuat coup belakang o G-U = 1/10 lingkar pinggang = 80,5 cm 10 = 8,05 cm o U-U’ = 3 cm, lebar coup dan tinggi coup 4 cm di bawah garis H-T Membuat pola badan depan o H-K = A-B = ½ lingkar badan = 47 cm o A-A’ = ke kanan 2 cm o A-L = A-O = 1/6 lingkar leher + 2 ½ cm = 8,5 cm o Buat kerungan leher depan dari titik O melengkung sampai titik L o E-E’ = turun 2 cm o Hubungkan titik O dengan titik E’ dan ukur O-Q = 13 cm = lebar bahu o Buatlah garis dari A’ dan memotong garis lengkung L-O di titik L o L’-M’ = panjang dada = 36 cm o L’-Z = turun 5 cm o Z-Z’ = ½ lebar dada = 34 cm 2 = 17 cm o Buat kerung lengan depan dari titik Q-Z-T seperti pada gambar o Dari titik M di tarik garis siku-siku ke kanan dan ukur M’-S = ¼ lingkar pinggang + 1 cm + coup = 80,5 cm 4 + 1 cm + 3 cm = 24 cm Membuat coup depan o M’-X = ½ jarak payudara = 9,5 cm o X-X’ = tinggi puncak = 19 cm o Tinggi coup depan = 19-2 cm = 17 cm Membuat coup sisi/coup dada o T-T’ = turun 7 cm o S-S’ = panjang sisi – T-T’ = 18,5 – 7 cm = 11,5 cm o T’-S’ = lebar coup dada/coup sisi o Panjang coup sisi ke kanan 2 cm dari titik X’ o Kontrol ukuran pemeriksa dan lingkar kerung lengan. Setelah pola digambar pada buku menjahit, umumnya kita dapat mewarnai pola bagian depan dengan pensil pola warna merah dan pola bagian belakang dengan warna biru. Namun, pewarnaan pola dapat disesuaikan dengan selera, karena tujuannya hanya membantu kita untuk dapat dengan mudah membedakan pola badan bagian depan dan belakang yang nantinya akan kita gambarkan pada kertas pola untuk memotong bahan. Pengukuran badan dan pembuatan pola harus dilakukan secara teliti dan hati-hati karena sangat krusial dan menentukan ukuran bahan yang akan digunakan. Hal inilah yang nantinya juga akan menentukan keberhasilan kita dalam menjahit pakaian. Apakah jahitan akan rapi atau tidak, apakah pakaian yang di jahit akan cukup digunakan atau tidak hehe... Selamat mencoba, semoga membantu! 😊
Menggambar pola bisa dimulai dari pola belakang terlebih dahulu. Yukk, simak penjelasannya di bawah ini Gambar Pola dasar badan depan dan belakang A – B = ½ ukuran lingkar – C = ¼ lingkar badan ditambah 1 – B1 = 1,5 – D = ukuran panjang punggung, buat garis horizontal ketitik – B2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 titik B1 dengan B2 seperti gambar leher belakang.C – C1 = 5 cm, hubungkan ke titik B2 dengan garis putus-putus garis bantu.B2 dipindahkan ukuran panjang bahu melalui garis bantu diberi nama titik B3B3 – B4 = 1 cm, samakan ukuran B2 ke B4 dan dihubungkan dengan garis – G = ½ panjang punggung ditambah 1 cm, buat garis horizontal kekiri dan beri nama titik – G1 = 9 – F1 = ½ lebar punggung buat garis batas lebar punggung.Bentuk garis lingkar kerung lengan belakang mulai dari titik B4 menuju F1 terus ke F seperti – D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang ditambah 3 cm besar lipit kup dikurang 1 – D2 = 1/10 lingkar – D3 = 3 cm besar lipit kup.Dari D2 dan D3 dibagi 2, dibuat garis putus-putus sampai kegaris badan G dan H diukur 3 cm kebawah, dihubungkan dengan titikD2 dan D3 menjadi lipit – D1 = ¼ ukuran lingkar pinggang ditambah 3 dihubungkan dengan F, menjadi garis sisi badan bagian belakang. Keterangan Pola Bagian Depan A – A1 = 1/6 lingkar leher ditambah 1 – A2 = 1/6 lingkar leher ditambah 1,5 titik A1 dengan A2 seperti gambar garis leher pola muka.A1 – C2 = ukuran panjang – A3 = 5 – F2 = ½ lebar titik C2 ke F2 terus ke F seperti gambar lingkar kerung lengan bagian muka.E – E1 = 2 cm sama besarnya dengan ukuran kup sisi.E1 – E4 = ¼ lingkar pinggang ditambah 4 cm 3 cm besar lipit kupdan 1 cm untuk membedakan pola muka dengan belakang.E1 – E2 = 1/10 lingkar – E3 = 3 cm besar lipit kup.E2 dan E3 dibagi dua dibuat garis putus-putus sampai ke garis tengah – J = ukuran tinggi J dibuat garis sampai ke – J2 = 2 cm, lalu dihubungkan dengan titik E2 dan E3 membentuk lipit – I = 9 cm, lalu dihubungkan dengan garis putus-putus ke titik – K = 2 I ke I1 dan I2 diukur masing-masing 1 cm, lalu hubungkan dengan titik – K = I2 – K, yang dijadikan patokan panjang adalah ukuran I1 ke dihubungkan dengan I2 dan titik I1 dengan F, menjadi garis sisi badan bagian muka. Gambar Pola lengan Ukuran pola lengan 1. Lingkar kerung lengan = 40 cm diukur dari pola badan 2. Tinggi puncak lengan = 12 cm 3. Panjang lengan = 24 cm Keterangan A – B = panjang – C = ukuran tinggi puncak lengan, buat garis sampai ke titik D dan E, setelah diukur dari titik A ½ lingkar kerung lengan yang ukurannya bertemu dengan garis dari tititk garis putus-putus garis bantu dari A ke D dan dari A ke bantu dari A ke D dan A ke E dibagi tiga. 1/3 dari A ke D diberi titik A1 dan dari A ke E dinamakan titik – A4 = A2 – A3 = 1,5 D1 = 1/3 D – AD ke D1 dibagi dua dinamakan titik – D3 = 0,5 A dengan A4 dengan D1, D3 dan D seperti gambar lingkar kerung lengan bagian muka.Hubungkan A dengan A3 dan E seperti gambar lingkar kerung lengan bagian belakang.G – G1 = E1 – E2 = 1,5 E dengan E2 sisi lengan bagian belakang, dan D dengan G seperti gambar sisi lengan bagian muka Selamat mencoba ….
Pola metode So-en yaitu menggambar atau membuat gambar pola baju berdasarkan cara dari Bunka Fashion College dan sistem Dressmaking dari sekolah Dressmaker Jogakuin sekarang Dressmaker Gakuin. Bunka Fashion Collage merupakan sekolah menjahit baju barat untuk anak dan wanita yang didirikan oleh Isaburo Namiki pada tahun 1919. Perkembangan Bunka Fashion Collage yang begitu pesat, mendorong lahirnya majalah So-En pada tahun 1936 yang mempublikasikan kreasi pola pakaian para alumni sekolah desain tersebut. Sebagai majalah yang memuat cara membuat pola dan menjahit pakaian, majalah So-En mampu mempertahankan eksistensinya hingga tahun 2005 dan berlanjut sebagai majalah industri busana hingga saat ini. A. Cara Mengambil Ukuran Lingkar Badan diukur sekeliling badan terbesar dengan posisi cm tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar. Lingkar Pinggang diukur pas sekeliling pinggang Panjang Punggung diukur dari tulang belakang lurus sampai batas pinggang Panjang Lengan diukur dari bahu terendah sampai panjang yang diinginkan Tinggi Panggul diukur dari pinggang sampai batas panggul terbesar pada bagian belakang Lingkar Panggul ; diukur melingkar pada pinggul yang paling tebal secara horizontal dengan tidak terlalu ketat Panjang Rok diukur dari pinggang sampai panjang rok yang diinginkan B. Ukuran yang dibutuhkan untuk menggambar pola dasar sistem So-en Lingkar Badan 88 cm Lingkar Pinggang 66 cm Panjang Punggung 37 cm Panjang Lengan 24 cm Tinggi Panggul 16 cm Lingkar Panggul 96 cm Panjang Rok 50 cm C. Cara menggambar pola dasar sistem So-en skala 16 a Pola dasar badan Menggambar pola konstruksi sistem So-en, dimulai dengan ukuran badan. Cara mengkonstruksi pola badan yaitu A - B = ½ ukuran lingkar badan ditambah 5 cm.. A dan B dihubungkan dengan garis putus-putus. A - C = 1/6 lingkar badan ditambah 7 cm. A - D = ukuran panjang punggung. Buat garis empat persegi dari A ke B, A ke D, D ke D1 dan B ke D1 dan C ke E dihubungkan dengan garis putus-putus. Garis C dengan E dibagi dua dengan nama E1. E1 - E2 = 0,5 cm. E2 dibuat garis bantu sampai ke garis pinggang diberi nama titik Dengan demikian selisih pola badan bagian muka dengan pola badan bagian belakang adalah 1 cm. C - F = 1/6 lingkar badan ditambah 4,5 cm buat garis vertikal. A - A1 = 1/20 lingkar badan ditambah 2,7 cm. A dengan A1 dibagi tiga, sepertiga bagian dipindahkan dari A1 ke A2, lalu dibuat garis leher belakang seperti gambar. a - a1 = A1 - A2. a1 - a2 = 2 cm. Hubungkan titik A2 dengan a2, ukuran panjang bahu dibagi dua dinamai titik H. H - H1 = 6 cmpanjang kup, dengan lebar kup 2 cm, lalu buat kup seperti gambar. Buat garis lingkar kerung lengan belakang mulai dari a2 terus ke E2 dengan besar lekukan pada ketiak berpedoman kepada ½ jarak dari F dengan E2 dan ditambah 0,5 cm. d - d1 = 2 cm, lalu dihubungkan dengan E2 garis sisi pola belakang. D - d3 = 1/10 lingkar pinggang. Hubungkan d3 dengan H. D - d3 ditambah d1 - d2 = ¼ lingkar pinggang. d2 - d3 = besar kup. B - B1 = A - A1. B - B2 = B - B1. B1 - X = 0,5 cm. B1 dengan B2 dibuat garis persegi, pada sudutnya dinamakan titik O. Titik O dan B2 dibagi dua, setengah bagian dipindahkan ke garis O dan B diberi nama titik O1. Hubungkan X dengan O1 terus ke B2 seperti gambar garis leher pola bagian muka E - F1 = 1/6 ukuran lingkar badan ditambah 3 cm. Buat garis vertikal sampai kegaris A dengan B, dinamakan titik b. b - b1 = 2 kali ukuran a - a1 Ukur panjang bahu dari X ke X1, melalui titik b1 F1 - f1 = ½ F - E2 Bentuk lingkar kerung lengan pola bagian muka mulai dari X1 melalui f1 menuju E2 seperti gambar D1 - G = O - O1. d - g = 2 cm G - G1 = 1/10 lingkar pinggang, hubungkan g dengan E2 G - G1 ditambah G2 - g = ¼ lingkar pinggang G1 - G2 = besar kup, pada garis tengah antara G1 dengan G2 dibuat garis bantu sampai ke garis badan, diturunkan 4 cm, lalu dihubungkan dengan G1 dan G2 Besar kup pola so-en ditentukan oleh perbandingan ukuran lingkar badan dengan lingkar pinggang, jika perbedaan ukurannya banyak maka kupnya menjadi besar, karena pada sisi jaraknya hanya 2cm. Jika ditemukan ukuran kup lebih dari 4 cm, sebaiknya kup dipecah menjadi dua dengan ukuran yang sama besar, antara kup yang satu dengan yang lainnya diberi jarak dua cm, dan panjang kup yang kedua dikurangi 2 cm dari kup utama. b Pola lengan Ukuran yang diperlukan - Lingkar kerung lengan 40 cm diukur dari pola badan muka dan belakang - Panjang lengan 24 cm - Tinggi puncak lengan 12 cm Keterangan pola lengan A - B = panjang lengan. A - C = ¼ ukuran lingkar kerung lengan ditambah 3 cm tinggi puncak lengan. A - E = ½ ukuran lingkar kerung lengan. A - F = ½ ukuran lingkar kerung lengan ditambah 1,5 cm. A - A1 = 1/3 A – F. A - A3 = 1/3 A - E. E1 = 1/3 dari E - A. A1 - A2 = 1,5 cm. A3 - A4 = 1,8 cm. E1 - E2 = 1,3 cm. Hubungkan F dengan A2 terus ke A lingkar kerung lengan bagian belakang, hubungkan A dengan A4 terus ke E2 dan E seperti gambar lingkar kerung lengan bagian muka Untuk membentuk sisi lengan pola dasar sitem So-en, tergantung pada ukuran panjang lengan. Untuk lengan panjang ujung lengan dibentuk pada bagian muka dan belakang, sedangkan untuk lengan pendek ujung lengan tidak dibentuk. Untuk lebih jelasnya akan digambar kedua ukuran yaitu lengan pendek dan lengan panjang. Untuk menentukan lengan panjang, dibuat garis vertikal dari titik E dan F sampai panjang lengan. Garis B dan B1 dibagi dua. B1 - B2 = 1 cm lalu bentuk seperti gambar pola bagian muka. J - j1 = 1 cm, lalu bentuk seperti gambar pola bagian belakang. Untuk menentukan lengan pendek, diukur dari titik A ke O panjang lengan, buat garis horizontal dari O ke H dan dari O ke G. H - H1 = 2 cm, hubungkan H1 dengan E seperti gambar sisi lengan bagian muka. G - G1 = 2 cm, hubungkan F dengan G1 seperti gambar sisi lengan bagian belakang c Pola rok Ukuran yang diperlukan - Lingkar pinggang = 66 cm - Tinggi panggul = 16 cm - Lingkar Panggul = 96 cm - Panjang Rok = 50 cm Keterangan pola rok A - A1 = 1 cm A1 - B = ¼ lingkar pinggang dikurang 1 cm ditambah 2 cm lipit kup. B - B1 = 0,7 cm. Hubungkan A1 dengan B1 seperti gambar garis pinggang pola belakang. A1 - A2 = 1/10 lingkar pinggang. A2 - A3 = 2 cm lipit Kup. Untuk membentuk lipit kup, besar lipit kup dibagi dua dinamakan titik A4. A4 - A5 = panjang kup, dibuat garis putus-putus. A5 - A6 = 0,5 cm. Hubungkan titik A2 dengan A6 dan A3 dengan A6. A1 - C = tinggi panggul. C - D = ½ lingkar panggul ditambah 2 cm, dihubungkan dengan garis putus-putus. C - E = ¼ lingkar panggul setengah C dengan D. A - F = ukuran panjang rok. F - I = C - D F - F1 = C - E. Hubungkan B1 dengan E, membentuk garis sisi panggul, terus ke F1. I - G = panjang rok. G - H = ¼ lingkar pinggang ditambah 3 cm 2 cm untuk besar kup, dan 1 cm untuk membedakan pola rok muka dengan belakang. H - H1 = 0,7 cm. Hubungkan G dengan H1 seperti gambar garis pinggang pola bagian muka. G - G1 = 1/10 lingkar pinggang. G1 - G2 = 2 cm. G3 = besar lipit kup dibagi dua G3 - G4 = panjang kup, dibuat garis putus-putus. G4 - G5 = 0,5 cm Hubungkan titik G1 dengan G5 dan G2 dengan G5. Hubungkan H1 dengan E, membentuk garis sisi panggul terus ke F1.
Dasar Pola 1 SMK Kelas X - Semester 2 - Kurikulum 2013 Mempelajari Dasar Pola adalah langkah awal atau kompetensi awal yang paling mendasar yang harus dikuasai bagi seseorang yang akan mempelajari pembuatan pola baik pola dasar, maupun pola busana sesuai desain, khususnya pola busana wanita. Modul tentang Dasar Pola akan membahas tentang apa saja hal-hal yang mempengaruhi pembuatan pola agar pola yang dibuat sesuai dengan ukuran, sesuai dengan desain dan sesuai dengan bentuk tubuh seseorang atau model,serta agar busana yang dibuat nyaman dan enak dipakai. Oleh sebab itu sebalum membuat pola harus terlebih dahulu mempelajari dan mendalami pengetahuan dan keterampilan tentang Dasar Pola. Materi Dasar Pola adalah mencakup Titik dan garis tubuh, Susunan tubuh manusia yang berkaitan dengan pembuatan pola busana, Analisis Bentuk Tubuh, Cara Mengukur Model, dan Bonekadummy. Pada bagian terakhir dari modul bahan ajar ini juga akan membahas tentang bagaimana cara membuat pola dasar yang paling sederhana, yaitu dengan cara memulir lansung pada tubuh model yang biasa disebut dengan pembuatan pola dasar dengan teknik draping. Untuk melengkapi pemahaman dan pengalaman Anda, pada bahan ajar ini juga menyajikan contoh dari salah satu bentuk pola dasar. Ikhtisar Lengkap Penulis Tim BSE Penerbit Buku Sekolah Elektronik BSE Terbit Desember 2013 , 211 Halaman
58 dari pola badan bagian atas, dari bahu sampai pinggang biasa disebut pola dasar badan muka dan belakang. Pola lengan bagian atas atau bahu terendah sampai siku atau pergelangan tangan biasa disebut pola dasar lengan. b. Pembuatan Pola Dasar Sistem Praktis 1 Pola Sistem Praktis Pola sistem praktis untuk pola badan yang memiliki kup yang terletak dipinggang. Pola dasar badan digambar menjadi satu antara pola badan muka dan pola badan belakang. Widjiningsih,dkk, 199426 Menurut Urip Wahyuningsih dkk, 200511 Pola dasar sistem praktis merupakan pola badan pola badan bagian muka dan belakang dibuat terpisah. Berdasarkan penjelasan diatas terdapat perbedaan antara sistem pola praktis menurut Widjiningsih,dkk dan Urip Wahyuningsih,dkk perbedaannya terletak pada pembuatan pola badan bagian muka dan belakang digambar menjadi satu sedangkan menurut Urip Wahyuningsih pembuatan pola badan bagian muka dan belakang dibuat terpisah. Siswa pada umumnya lebih senang menggunakan pola dasar sistem praktis dalam pembuatan busana wanita karena jenis ukuran 59 yang dipakai lebih sedikit dibandingkan sistem pola lainnya dan teknik pembuatannya sederhana simple sehingga lebih efisien dan cepat dalam pengerjaanya. Ukuran yang digunakan pada pembuatan pola dasar badan sistem praktis yaitu Lingkar Leher Lingkar badan Lingkar pinggang Panjang Muka Lebar Muka Lebar punggung Panjang punggung Lebar bahu tinggi dada Di bawah ini merupakan cara membuat pola dasar dengan sistem praktis, misalnya dengan ukuran sebagai berikut a Lingkar leher = 35 cm b Lingkar badan = 84 cm c Lingkar pinggang = 64 cm d Panjang punggung = 36 cm e Lebar punggung = 32 cm f Panjang sisi = 17 cm g Lebar muka = 30 cm h Panjang muka = 31 cm i Tinggi dada = 17 cm j Panjang bahu = 11 cm 60 Gambar pola dasar badan sistem praktis skala 1 ¼ Gambar 24. Pola Dasar Badan Sistem Praktis Urip Wahyuningsih, 11 61 2 Langkah – langkah pembuatan pola dasar badan sistem praktis Keterangan pola dasar badan bagian depan a a – b = ¼ lingkar badan + 2 cm b a – c = 18 . ½ lingkar badan + 2 cm c a – d = 18 . ½ lingkar badan + 1 cm kemudian buat kerung lengan d c – e = panjang muka e b – b’ = 110 . ½ lingkar badan f d – d’ = panjang bahu g d – h = d’- h = ½ lebar bahu h f – f’ =2 cm i e – e’_ i – f = ¼ lingkar pinggang + 1 cm j f’ – y = panjang sisi Keterangan pola dasar badan bagian belakang a a – b = panjang punggung + 1 cm b b – b’ =1cm c a – c = b – d =14 lingkar badan – 1 cm d b – e = 18 . ½ lingkar badan - 1 cm buat kerung lengan 62 e d – f = 110 . ½ lingkar badan f e – e’ = panjang bahu g e – g = e’- g = ½ ee’ h a – a’ = 110 lingkar pinggang - 1cm i a’ – h = 3 cm j a – a’ + h – h = ¼ lingkar pinggang – 1 cm k a – i = c – c’ = panjang sisi buat kupnat l b’ – y’ = i – y = ½ b’t m y – k’ = ½ lebar punggung, buat kerung lengan B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyoningrum 2005 yang berjudul Identifikasi Hambatan Siswa Mempelajari Mata Diklat Membuat Pola Busana Sesuai Konstruksi dan Model Di Kelas I SMKN 6 Yogyakarta. hasil penelitian menunjukkan bahwa Diketahui bahwa tingkat kategori hambatan belajar siswa dalam mempelajari mata diklat membuat pola busana sesuai konstruksi dan model secara keseluruhan baik dari segi internal maupun eksternal berada pada kategori sedang dengan persentase 83,3. Teridentifikasi hambatan belajar yang berasal dari internal siswa yaitu siswa sering mengalami kelelahan, sebagian besar siswa tidak dibekali dengan bakat di bidang busana, siswa sungkan bertanya kepada guru jika menumui kesulitan, kurangnya inisiativ untuk mencari informasi di bidang busana, 63 motifisi yang kurang. Teridentifikasi hambatan belajar yang berasal dari eksternal siswa yaitu ruang kelas sempit, meja belajar kecil, modul tidak lengkap, minimnya media pengajaran, tim pengajar sering kali memberikan tugas dengan metode penyelesaian yang berbeda. Diketahui bahwa tingkat kategori hambatan belajar siswa dalam mempelajari kompetensi secara keseluruhan pada mata diklat membuat pola busana sesuai konstruksi dan model berada pada tingkat sedang dengan persentase 42,4. Hambatan belajar yang menurut siswa dirasa paling ,menghambat dalam kegiatan belajar adalah ha,mbatan yang berasal dari factor internal yaitu aspek kesehatan siswa dengan persentase sebesar 76. Hal ini dapat dilihat dari semangat belajar dan kemampuan berkonsentrasi yang menurun pada akhir jam mata diklat, disebabkan karena jam belajar yang panjang dan metode belajar yang kurang bervariasi . hambatan belajar yang menurut siswa paling banyak ditemui dalam mempelajari mata diklat membuat pola busana sesuai dengan konstruksi dan model terdapat pada sub kompetensi pecah pola dengan persentase kategori 30 menyetakan sangat tinggi, 30 menyatakan tinggi, dan 40 menyatakan sedang. Penelitian yang dilakukan oleh Sumiyati 2005 Kesulitan Praktik Menjahit II Siswa kelas II Program Keahlian Tata Busana di SMK N 2 Godean Tahun Pelajaran 2004 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesulitan belajar praktik menjahit II ditinjau dari faktor pemahaman 64 siswa pada materi pelajaran termasuk pada kategori sulit dengan rerata 38,46. Kesulitan tersebut pada materi pelajaran pembuatan pola, pecah model dan pembuatan disain sketsa. Tingkat kesulitan belajar ini ditinjau dari faktor minat siswa tergolong sulit dengan rerata 37,79. Tingkat kesulitan belajar ditinjau dari factor perhatian orang tua tergolong sulit dengan rerata 17,70. Tingkat kesulitan belajar ditinjau dari factor peralatan yang ada di sekolah tergolong cukup sulit karena peralatan praktik menjahit tidak dapat digunakan secara keseluruhan, sedang peralatan praktik yang dimiliki siswa di rumah tergolong memadai sebanyak 91,25 dan sebanyak 8,75 memiliki peralatan praktik menjahit cukup memadai. Tingkat kesulitan belajar praktik menjahit II di SMK N 2 Godean Tahun Ajaran 2004 2005 pada kategori sulit dengan rerata 118,51 Dari berbagai penelitian di atas rata-rata meneliti tentang tingkat kesulitan belajar ditinjau dari berbagai factor, dan belum ada yang meneliti tentang identifikasi tingkat kesulitan belajar siswa pada proses pembuatannya, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang adanya kesulitan-kesulitan pada tahap proses pembuatan blus dari tahap proses yang meliputi Proses pembuatan disain, Mengambil ukuran untuk membuat pola dasar, Pengambilan ukuran untk membuat pola blus, Pembuatan pola dasar dengan skala 14, Mengubahmembuat pola blus sesuai disain dengan skala 14, Merancang bahan secara rinci dan global, Membuat 65 pola dasar ukuran sebenarnya, Membuat pola blus sesuai disain dengan ukuran sebenarnya. Tahap Proses meliputi Memeriksa pola, Menyiapkan tempat alat dan bahan untuk memotong dengan memperhatikan K3, Memotong bahan dengan memperhatikan K3, Memindahkan tanda-tanda pola, Melakukan pengepresan dengan memperhatikan K3, Menjahit bagian- bagian busana sesuai disain dengan memperhatikan K3, Menyelesaikan busana wanita dengan jahitan tangan dan Penghitungan Harga Jual. C. KERANGKA BERFIKIR Kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam belajar merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menghalang-halangi atau memperlambat seorang siswa dalam mempelajari, memahami serta menguasai sesuatu. Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah. Kesulitan belajar dapat ditandai dengan nilai rata-rata siswa rendah, nilai rata- rata siswa yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Kesulitan belajar dari faktor internal antara lain kesehatan yang kurang baik, bakat yang tidak sesuai dengan apa yang dipelajari, tidak memiliki minat yang kuat, motivasi yang kurang serta emosi yang labil sehingga tidak siap dalam menerima pelajaran. Sedangkan faktor eksternal antara lain fasilitas belajar yang kurang memadai, teman sebaya
cara membuat pola dasar badan